Sejarah dan Makna Idul Adha | Sejarah Qurban Idul Adha | Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha
Ucapan Lebaran - Makna Idul Adha, idul Adha (bahasa Arab: عيد الأضØÙ‰) adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim (Abraham), yang bersedia untuk mengorbankan putranya untuk Allah, kemudian sembelihan itu digantikan oleh-Nya dengan domba.
Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam.
Setiap manusia mempunyai kelemahan. Namun justru kelemahan inilah yang menyebabkan manusia berkembang dan berbahagia. Karena di balik kelemahan itu terdapat kemajuan, moderenisasi dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan teknologi, sehingga terjadi perubahan dipelbagai sektor kehidupan.
Sejak zaman Nabi Adam hingga sekarang ini, manusia senantiasa berusaha untuk menghilangkan kelemahan dirinya juga kelemahan orang lain, agar mendapatkan kehidupan yang lebih nikmat dan terhormat. Namun karena sadar terhadap kelemahannya itu, manusia bisa berubah menjadi “makluk buas” yang berbahaya bagi sesamanya. Menjadikan orang lain sebagai korban hawa nafsunya.
Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa memperhatikan kelemahan dirinya juga kelemahan orang lain. Suatu saat ketika Rasulullah saw. hendak menyembelih kambing, para sahabat sibuk mencari dan memperhatikan kelemahan kawannya. Seorang sahabat menghadap Rasul seraya berkata “ya Rasulallah alayya dzabhuha-wahai Rasulullah biarlah saya yang menyembelihnya”. Melihat hal ini, sahabat yang lain tidak tinggal diam, lalu ia berkata, “alayya salhuha-biarlah saya yang mengulitinya”. Demikian pula sahabat yang lain berkata, “alayya thabkhuha-biarlah saya yang memasaknya”. Memperhatikan sikap para sahabatnya ini, Rasulullah memandang masih ada satu kelemahan yang harus ditutupi, karena itu beliau segera menutupinya dengan mengatakan, “alayya jam’ul hathabi-biarlah saya yang mencari kayu bakarnya”.
Peristiwa ini menjadi ibrah bagi kita, bahwa sudah sepantasnya bila kaum muslimin memperhatikan kelemahan sesamanya. Setelah dipelajari, barulah ia menyingsingkan lengan baju untuk menutupi kelemahan itu menurut kemampuan masing-masing, baik dengan harta, tenaga, maupun pikiran. Dengan diketahuinya kelemahan orang lain, maka terbukalah lapangan yang luas untuk beramal salih, bertaqarrub kepada Allah dengan penuh ketakwaan.
Apabila jiwa qurbani seperti ini tertanam pada setiap manusia, maka tidak perlu ada si miskin menangis, si faqir meringis, orang yang merasa terasingkan hidup di daerah terpencil, dan merasa kesepian hidup di kota metropolitan.
Apabila jiwa qurbani seperti ini tetap segar dan mendarah daging pada diri tiap pemimpin, maka tidak akan ada pegawai negeri yang merasa kekurangan gaji, ibu rumah tangga berkeluh kesah, pemuda yang bejat moral dan kehilangan pegangan hidup serta masa depannya, sehingga masyarakat menjadi aman dan tentram.
Namun sebaliknya, apabila jiwa qurbani tidak ada pada diri manusia, maka kelemahan orang lain bukan dijadikan modal untuk beramal salih melainkan dijadikan kesempatan dalam kesempitan, dijadikan korban hawa nafsunya, sehingga kehidupan penuh dengan kemunkaran.
Ketika Rasulullah saw. mendapatkan tugas amar ma’ruf nahi munkar, kaum jahiliah merasa tertutup ruang geraknya untuk memanfaatkan kelemahan orang lain, menguras keuntungan. Maka diutuslah Utbah bin Rabi’ah membawa misi untuk membujuk Rasul agar berhenti berdakwah, dengan memberikan ganti rugi apabila Rasul merasa rugi dengan berhentinya tugas itu.
Mereka berani melakukan hal demikian, karena beranggapan bahwa bagaimana pun kuatnya seekor banteng tetap saja ada kelemahan, akan tunduk pada tuannya apabila dicocoki lubang hidungnya. Demikian pula halnya dengan Rasulullah. Maka Utbah membawa misi untuk menundukkan kelemahan Rasul, sehingga Rasul menuruti kehendak kaum jahiliah.
Datanglah Utbah ke hadapan Rasul, kemudian ia meminta agar beliau menutup kegiatan dakwahnya, mengakhiri perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran, dicari-cari titik kelemahan beliau seraya menawarkan ganti rugi,
“Inkunta innama bihadzal amri malan, jama’naka min amwalina hatta takuna aktsarana malan
Jika dengan kegiatanmu itu sesungguhnya engkau mengharapkan harta, maka akan kami kumpulkan seluruh harta kami untukmu sehingga engkau menjadi orang yang paling kaya di antara kami.”
Utbah berani menawarkan harta kepada rasul, karena ia memandang bahwa manusia lemah ketika berhadapan dengan harta. Karena kelemahan terhadap harta itu, manusia menjadi lupa akan kewajiban dan hakikat perjuangannya.
Di samping itu Utbah pun berusaha menawarkan yang lainnya, “wainkunta turidu tasyrifan, sawwadnaka ‘alaina
dan sekiranya engkau ingin mendapatkan kedudukan, akan kami angkat menjadi pemimpin kami.”
“wain kunta turidu mulkan, mallaknaka ‘alaina
dan jika engkau menghendaki jadi raja, kami angkat engkau menjadi raja.”
Utbah berani menawarkan pangkat dan tahta sebab manusia lemah pula ketika menghadapi tahta. Demi tahta rela menyembunyikan kebenaran.
Demikian pula manusia lemah pada saat menghadapi wanita. Karena lemahnya menghadapi wanita, maka manusia diperas dan diumpan dengan aneka ragam penampilan wanita.
Tapi Rasul telah menjaga dirinya dengan perisai keimanan dan ketakwaan yang luar biasa, sehingga beliau tidak lemah lagi ketika berhadapan dengan harta, tahta, maupun wanita. Beliau menolak tawaran ganti-rugi dari Utbah dan tetap amar ma’ruf nahi munkar.
Aidin wal ‘aidat rahimakumullah
Hari ini kita akan menyaksikan kembali hewan kurban bergelimpangan. Darahnya mengalir memerahi bumi yang fana ini. Setelah menunaikan baktinya, mereka melepaskan nyawanya dengan memberi banyak manfaat kepada manusia.
Sebelum disembelih, mereka penarik bajak di sawah atau gerobak dijalan. Sesudah disembelih, dagingnya jadi makanan manusia, kulitnya jadi pelindung kaki manusia, tulangnya jadi kancing baju manusia, segalanya bermanfaat. Mereka banyak berqurban dan membantu manusia.
Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam.
Sejarah Qurban Idul Adha
Setiap manusia mempunyai kelemahan. Namun justru kelemahan inilah yang menyebabkan manusia berkembang dan berbahagia. Karena di balik kelemahan itu terdapat kemajuan, moderenisasi dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan teknologi, sehingga terjadi perubahan dipelbagai sektor kehidupan.
Sejak zaman Nabi Adam hingga sekarang ini, manusia senantiasa berusaha untuk menghilangkan kelemahan dirinya juga kelemahan orang lain, agar mendapatkan kehidupan yang lebih nikmat dan terhormat. Namun karena sadar terhadap kelemahannya itu, manusia bisa berubah menjadi “makluk buas” yang berbahaya bagi sesamanya. Menjadikan orang lain sebagai korban hawa nafsunya.
Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa memperhatikan kelemahan dirinya juga kelemahan orang lain. Suatu saat ketika Rasulullah saw. hendak menyembelih kambing, para sahabat sibuk mencari dan memperhatikan kelemahan kawannya. Seorang sahabat menghadap Rasul seraya berkata “ya Rasulallah alayya dzabhuha-wahai Rasulullah biarlah saya yang menyembelihnya”. Melihat hal ini, sahabat yang lain tidak tinggal diam, lalu ia berkata, “alayya salhuha-biarlah saya yang mengulitinya”. Demikian pula sahabat yang lain berkata, “alayya thabkhuha-biarlah saya yang memasaknya”. Memperhatikan sikap para sahabatnya ini, Rasulullah memandang masih ada satu kelemahan yang harus ditutupi, karena itu beliau segera menutupinya dengan mengatakan, “alayya jam’ul hathabi-biarlah saya yang mencari kayu bakarnya”.
Peristiwa ini menjadi ibrah bagi kita, bahwa sudah sepantasnya bila kaum muslimin memperhatikan kelemahan sesamanya. Setelah dipelajari, barulah ia menyingsingkan lengan baju untuk menutupi kelemahan itu menurut kemampuan masing-masing, baik dengan harta, tenaga, maupun pikiran. Dengan diketahuinya kelemahan orang lain, maka terbukalah lapangan yang luas untuk beramal salih, bertaqarrub kepada Allah dengan penuh ketakwaan.
Apabila jiwa qurbani seperti ini tertanam pada setiap manusia, maka tidak perlu ada si miskin menangis, si faqir meringis, orang yang merasa terasingkan hidup di daerah terpencil, dan merasa kesepian hidup di kota metropolitan.
Apabila jiwa qurbani seperti ini tetap segar dan mendarah daging pada diri tiap pemimpin, maka tidak akan ada pegawai negeri yang merasa kekurangan gaji, ibu rumah tangga berkeluh kesah, pemuda yang bejat moral dan kehilangan pegangan hidup serta masa depannya, sehingga masyarakat menjadi aman dan tentram.
Namun sebaliknya, apabila jiwa qurbani tidak ada pada diri manusia, maka kelemahan orang lain bukan dijadikan modal untuk beramal salih melainkan dijadikan kesempatan dalam kesempitan, dijadikan korban hawa nafsunya, sehingga kehidupan penuh dengan kemunkaran.
Ketika Rasulullah saw. mendapatkan tugas amar ma’ruf nahi munkar, kaum jahiliah merasa tertutup ruang geraknya untuk memanfaatkan kelemahan orang lain, menguras keuntungan. Maka diutuslah Utbah bin Rabi’ah membawa misi untuk membujuk Rasul agar berhenti berdakwah, dengan memberikan ganti rugi apabila Rasul merasa rugi dengan berhentinya tugas itu.
Mereka berani melakukan hal demikian, karena beranggapan bahwa bagaimana pun kuatnya seekor banteng tetap saja ada kelemahan, akan tunduk pada tuannya apabila dicocoki lubang hidungnya. Demikian pula halnya dengan Rasulullah. Maka Utbah membawa misi untuk menundukkan kelemahan Rasul, sehingga Rasul menuruti kehendak kaum jahiliah.
Datanglah Utbah ke hadapan Rasul, kemudian ia meminta agar beliau menutup kegiatan dakwahnya, mengakhiri perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran, dicari-cari titik kelemahan beliau seraya menawarkan ganti rugi,
“Inkunta innama bihadzal amri malan, jama’naka min amwalina hatta takuna aktsarana malan
Jika dengan kegiatanmu itu sesungguhnya engkau mengharapkan harta, maka akan kami kumpulkan seluruh harta kami untukmu sehingga engkau menjadi orang yang paling kaya di antara kami.”
Utbah berani menawarkan harta kepada rasul, karena ia memandang bahwa manusia lemah ketika berhadapan dengan harta. Karena kelemahan terhadap harta itu, manusia menjadi lupa akan kewajiban dan hakikat perjuangannya.
Di samping itu Utbah pun berusaha menawarkan yang lainnya, “wainkunta turidu tasyrifan, sawwadnaka ‘alaina
dan sekiranya engkau ingin mendapatkan kedudukan, akan kami angkat menjadi pemimpin kami.”
“wain kunta turidu mulkan, mallaknaka ‘alaina
dan jika engkau menghendaki jadi raja, kami angkat engkau menjadi raja.”
Utbah berani menawarkan pangkat dan tahta sebab manusia lemah pula ketika menghadapi tahta. Demi tahta rela menyembunyikan kebenaran.
Demikian pula manusia lemah pada saat menghadapi wanita. Karena lemahnya menghadapi wanita, maka manusia diperas dan diumpan dengan aneka ragam penampilan wanita.
Tapi Rasul telah menjaga dirinya dengan perisai keimanan dan ketakwaan yang luar biasa, sehingga beliau tidak lemah lagi ketika berhadapan dengan harta, tahta, maupun wanita. Beliau menolak tawaran ganti-rugi dari Utbah dan tetap amar ma’ruf nahi munkar.
Aidin wal ‘aidat rahimakumullah
Hari ini kita akan menyaksikan kembali hewan kurban bergelimpangan. Darahnya mengalir memerahi bumi yang fana ini. Setelah menunaikan baktinya, mereka melepaskan nyawanya dengan memberi banyak manfaat kepada manusia.
Sebelum disembelih, mereka penarik bajak di sawah atau gerobak dijalan. Sesudah disembelih, dagingnya jadi makanan manusia, kulitnya jadi pelindung kaki manusia, tulangnya jadi kancing baju manusia, segalanya bermanfaat. Mereka banyak berqurban dan membantu manusia.
Ucapan Selamat Idul Adha 2016
Memaafkan memang takkan bisa mengubah masa lalu, tetapi dengan memaafkan masa depan yang penuh persaudaraan akan terlahir
Belajarlah dari Ibrahim yang rela mengorbankan anaknya, dan jadilah seperti Ismail yang ikhlas menerima kehendak Allah. Pengorbanan dan keikhlasan adalah inti dari Idul adha
Orang yang lemah tidak mampu memaafkan, karena memaafkan hanyalah milik orang orang yang kuat, selamat hari raya idul adha mohon maaf lahir dan batin
Selembut sutra, sebening mata air, secerah mentari, dan seindah permata, begitulah gambaran hati ini saat dirimu memaafkanku
Semoga kurban anda berkah, dicintai Allah, dan disayang tetangga. Selamat berbagai dan selamat hari raya idul adha
Semangatmu dalam berkurban, harapanmu akan ampunan, dan keteguhanmu dalam beriman, itulah makna idul adha
Sebelum terbit mentari, kupanjatkan untaian doa dan harapan untukmu di hari raya kurban
Kurban lebih berarti jika dilakukan untuk berbagi. Dan bukan untuk pribadi
Kala tetesan air mata Ibrahim jatuh menyaksikan keteguhan iman anaknya Ismail, kala itulah sejarah agung tercipta (Makna sebuah pengorbanan)
Ya Allah, jadikanlah setiap helaan nafas kami sebagai bukti cinta kepada Mu, dan pengorbanan kami sebagai bukti kami mendekati Mu. Selamat hari raya idul adha
Setiap satu helai rambut kurban adalah satu kebaikan. Tebarlah kebaikan di hari agung ini
Kurban adalah pertanda cinta, cinta kepada sang Khalik dan cinta kepada sesama
Semoga hari hari mu kelak dipenuhi kelezatan, selezat daging kurban. Imanmu diberikan keteguhan, seteguh ismail. Dan hidupmu dipenuhi bimbingan layaknya Ibrahim sang kekasih Tuhan
Waktu mengalir bagaikan derasnya air, tak terasa setahun sudah kita menanti hari penuh kemenangan dan keikhlasan ini. Selamat menunaikan hari raya idul adha
Gema takbir mengangkasa dilangit, mengagungkan kebesaran Allah, Maafkanlah diri yang begitu kerdil ini dan bahkan kerap berbuat salah dan dosa
Semoga rahmat Tuhan senantiasa menyertai dirimu dan keluargamu dan maafkanlah segala kekhilafanku selama ini
Karena mendoakan adalah cara mencintai yang paling rahasia. Ku doakan semoga hidupmu bahagia kawan. Selamat idul adha
Berkurbanlah sekecil apapun itu karena bukan anda atau mereka yang memberi pahalanya melainkan Dia
Selamat menjalankan hari raya idul adha, jangan lupa berbagi rezeki dengan sesama
Bukan kambing atau sapi yang menjadi esensi dari kurban tetapi tawdhu (kerendahan hati) dan keikhlasan, itulah makna kurban yang sebenarnya
Selamat hari raya idul adha, dan ingatlah firman Allah, “maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah”
Semoga kesehatan, kemagfiratan, dan kebahagiaan selalu menyertaimu yang ikhlas dalam berkurban
Kami sekeluarga mengucapkan minal aidin wal faidzin, mohon maaf atas kesalahan dan ketidaknyamanan yang pernah dan telah kami perbuat
Awali hari kurbanmu dengan penuh senyuman dan kebahagiaan layaknya mereka yang begitu bahagia menerima pemberian darimu. Semoga kurbanmu berkah, amin
Hidup adalah timbal balik.Apa yang kamu berikan akan kembali, apa yang kamu tanam akan tumbuh, dan apa yang kamu korbankan akan berbuah pahala. Selamat berkorban dan mohon maaf lahir dan batin
Taqabbal Allahu Minna Wa Minkum, mohon maaf lahir dan batin karena lisan dan tangan ini begitu ringannya menyakiti orang lain
Satu satunya perbedaan antara hari yang baik dan hari yang buruk adalah sikap anda. Maka bersikaplah dengan baik dan ramah di hari yang agung ini
Selamat menunaikan hari raya idul adha dan berkurban, semoga esensi utama dari kurban akan senantiasa tertanam dalam setiap jiwa dan hati kita
Belajarlah dari masa lalu dan hduplah untuk masa depan, jika masa lalu penuh dengan kesalahan maka perbaikilah dengan memaafkan sebelum ada yang meminta
Untuk kawan yang senantiasa terbebani, dan lawan yang tak jarang tersakiti, maafkanlah diriku karena hanya kalian yang membuat hidupku terasa lebih berwarna
Terima kasih telah mengingatkan masa muda ku sebelum masa tua, masa sehatku sebelum masa sakit, dan masa hidupku sebelum kematian menjemput. sukron